Forest Camp
Pada tanggal 12 sampai dengan 15
Januari 2015 lalu, aku mengikuti Praktikum Lapangan Pengantar Ilmu Kehutanan
yang disebut Forest Camp (FC). FC dilaksanakan selama 4 hari 3 malam di
Wanagama, Wonosari, Gunung Kidul. Wanagama adalah hutan buatan milik Fakultas
Kehutanan UGM yang didirikan pada tahun 1966. Berhubung sekarang aku lagi libur
dan gabut, aku pengen sharing sedikit pengalamanku selama ikut FC. Oh iya, FC ini merupakan bagian dari mata kuliah sebanyak 1 SKS sehingga wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa semester 1 Fakultas Kehutanan UGM.
Hari pertama: Senin, 12 Januari
2015
Semua mahasiswa semester 1
Fakultas Kehutanan UGM yang berjumlah kurang lebih 230-an orang (aku gak inget
berapa tepatnya), diwajibkan sudah berkumpul di FKT jam 06.00 pagi. Setelah
pembukaan oleh Dekan dan Dosen Pembimbing Lapangan, kami pun berangkat ke
Wanagama dengan bus.
Aku gak inget berapa lama
perjalanan dari UGM ke Wanagama soalnya aku tidur dan gak pake jam tangan.
Sebelum berangkat, handphone juga udah dititipin ke co.ass. Pokoknya aku
dibangunin temen-temenku pas udah sampai dan bus nurunin kami di pinggir jalan.
Tas carrier dan seluruh barang bawaan disuruh ditinggalin di bus. Setelah kami
seangkatan udah diturunin di pinggir jalan, tentara PASKHAS dari Angkatan Udara
yang udah duluan nyampe di TKP nyuruh kami baris per kelompok. Ketua kelompok
diberi pengarahan singkat tentang cara menggunakan kompas, lalu kami dilepaskan
di tengah hutan belantara hanya dengan bekal satu buah kompas per kelompok. Satu
kelompok terdiri dari 16 orang (8 cewek dan 8 cowok).
Ada 6 pos di dalam hutan Wanagama
yang harus kami cari. Kita gak diperbolehkan membawa apapun selain yang disuruh
oleh tentara PASKHAS AU. Gak boleh bawa makanan, alat komunikasi, dan alat
potret. Jadi aku cuma bawa 1 botol air mineral.
Selama perjalanan menuju 6 pos
tersebut, medan yang kami lewati nggak mudah. Nggak jarang wajah dan tangan
kami tergores duri pohon sechang dan rumput ilalang yang tingginya lebih tinggi
dari badan kami. Sepatu lapangan sebagus dan semahal apapun, kalo udah dibawa
masuk ke hutan jadi luar biasa kotornya. Tanah dan lumpur di sepatumu bisa
sampai 3 cm dan sepatumu jadi terasa makin berat.
Hanya dengan mengandalkan kompas,
kelompokku berhasil sampai di setiap pos tanpa tersesat. Kelompok lain juga Alhamdulillah
gak ada yang nyasar. Di pos 1, kita diperbolehkan istirahat dan refill air
minum. Air di Wanagama mengandung CaCO3 (kapur) sehingga walaupun
sudah dimasak, aroma kapurnya tetap tercium dan bagi yang tidak cocok dengan
air di Wanagama akan merasakan gatal di tenggorokannya. Bau airnya tuh kayak
asap gitu. Gak enak banget pokoknya. Tapi ya terpaksa diminum daripada dehidrasi.
Perjalanan menuju camp masih panjang soalnya.
Singkat cerita, tibalah
kelompokku di post raveling, yaitu turun dari tebing berketinggian kurang lebih
10 meter hanya dengan menggunakan tali. Tapi bisa dipastiin raveling ini aman,
karena langsung diawasi oleh Bapak-Bapak dari PASKHAS AU. Ini adalah pertama
kalinya aku melakukan raveling dan rasanya deg-degan banget. Satu per satu
teman-temanku turun dan tibalah giliranku. Bodohnya aku, aku malah ngeliat ke
bawah dan itu malah membuat aku semakin takut. Tepat di bawah ada sungai dengan
airnya yang jernih banget. Lalu, gak tau gimana akhirnya aku berhasil turun ke
bawah.
Sesampainya di bawah………… Kita
disuruh nyebrang sungai hanya dengan berpegangan dengan seutas tali. Lebar
sungai yang harus kita sebrangi sekitar 6-7 meter dan Bapak-bapak tentaranya
gak peduli kita bisa berenang atau enggak. Yang jelas kita harus bisa
menyeberangi sungai tersebut. Bagi yang bisa berenang sih enak, tapi bagi yang
gak bisa berenang kayak aku ya ketakutan banget. Sungainya cukup dalam tapi
arusnya gak terlalu gede.
Setelah raveling dan menyeberangi
sungai, kita lanjut ke pos berikutnya yaitu pos survival. Di pos ini kita duduk
membentuk lingkaran dan 3-4 orang bapak PASKHAS nya berdiri di tengah lingkaran.
Salah seorang di antara mereka memegang sebuah karung goni yang isinya terus
bergerak-gerak. Lalu bapak itu membuka ikatan karung goni tersebut dan
mengeluarkan isinya ke tanah. Spontan semua mahasiswa kabur dan berteriak-teriak
melihat dua ekor ular yang keluar dari karung goni tersebut. Kemudian dengan
cekatan bapak-bapak PASKHAS menangkap ular-ular tersebut dengan tangan kosong.
“Di pos ini kita akan belajar
tentang survival, yaitu cara bertahan hidup di hutan. Kalian adalah mahasiswa
Fakultas Kehutanan, sehingga tidak menutup kemungkinan kalian bisa saja
tersesat di hutan saat sedang melakukan riset atau praktikum lapangan. Di sini
kami sudah menyiapkan 2 ekor ular, yaitu ular kayu dan ular kobra. Kenapa kami
menggunakan ular? Karena kami memperkirakan kemungkinan terburuk hewan yang
akan kalian temui di hutan. Kalau rusa atau kelinci tidak ada teknik atau cara
khusus untuk mengolahnya. Tapi kalau hanya ada ular yang kalian temui,
dibutuhkan cara-cara tertentu untuk menangkap dan memasaknya.” Kata salah
seorang bapak tentara.
Kemudian, bapak tentara itu mulai
mengajari kami cara menangkap ular. Aku baru tau ternyata kalau kita menarik
ular dari ekornya, ular tersebut akan menegang dan luruuuus banget. Terus bapak
tentaranya juga bilang, kalau ketemu ular jangan panik dan takut karena ular
dapat mendeteksi panas tubuh kita. Semakin panik dan takut kita, ular juga akan
lebih mudah mendeteksi keberadaan kita. Berikut cara menangkap dan mengolah
ular:
1. Setelah menarik ular dari ekornya, tangkap
kepalanya dengan menggunakan ranting pohon yang berbentuk seperti huruf ‘Y’. (Tangan
kiri nangkap ekornya, tangan kanan nangkap kepalanya pake ranting.)
2. Setelah berhasil menangkap kepalanya,
selanjutnya potong kepala ular tersebut. Untuk ular yang berbisa, potong
sejengkal dari kepalanya. Karena bisa/racunnya terdapat di sekitar otak ular,
jadi potong kepalanya jangan terlalu mepet dekat kepala. Dilebihkan sejengkal
dari kepala. Tapi untuk ular yang tidak berbisa, cukup potong sebatas kepalanya
saja.
3. Nah ketika kepala ular sudah terpisah dari
badannya, ular masih hidup dan masih bisa bergerak-gerak layaknya belum mati. Lemparkan
kepala ular ke dalam api. Atau buang jauh-jauh kepalanya dari badannya hingga
tidak lagi bergerak.
4. Selanjutnya kuliti ular tersebut. Daging ular
yang sudah dikuliti tidak boleh terkena air dan tanah, sehingga daging ular
tidak perlu dicuci. Saat mengulitinya juga harus hati-hati, jangan sampai
terkena tanah.
5. Lumuri daging ular dengan garam. Yang banyak aja
garamnya biar gak amis.
6. Setelah dilumuri garam, bakar daging ular hingga
matang atau berwarna kecokelatan. Daging yang sebelumnya berlumuran darah,
ketika sudah dibakar darahnya akan jadi gak kelihatan lagi.
7. Daging ular siap untuk dimakan.
Makan daging ular saat sedang
survival di hutan bukan untuk kenyang, tapi cuma untuk bertahan hidup. Aku dan
temen-temenku juga terpaksa makan ular tersebut karena seharian jalan sampai 7
kilo dan GAK DIKASIH MAKAN ATAU MINUM SAMA SEKALI. Perut udah keroncongan,
kepala pusing karena minum air kapur refill, badan udah lengket banget, kotor,
kaki kayak udah mau patah, yang ada di pikiran aku cuma RUMAH. Aku berdoa dalem
hati semoga Forest Camp cepet selesai dan aku bisa langsung pulang ke rumah.
Tracking hari pertama yang
dimulai sekitar pukul 09.00 pagi tersebut berakhir pada pukul 18.00. Jarak yang
kami tempuh adalah sekitar 7-8 kilometer dan itu dengan berjalan kaki.
Hari kedua: Selasa, 13 Januari
2015
Hari kedua dari Forest Camp ini
adalah hari yang paling jauh jalan kakinya. Ditambah lagi dari siang sampai
sore hujan tanpa henti. Alhasil badan jadi basah kuyup sampai ke dalem-dalem
wkwkwk. Walaupun udah pake jas hujan, sepatu tetep aja basah. Jadi aku jalan
rasanya kayak nginjek-nginjek spons cuci piring.
Pos yang kita lewatin pertama
adalah pos Profil Tanah. Menurutku pos yang paling asik itu pas di Sendang
Tahunan. Sendang tahunan adalah mata air dari pegunungan yang jernih banget dan
airnya bisa langsung diminum tanpa dimasak. Kalo gak salah kata dosenku
‘sendang’ itu artinya ‘mata air’. ‘Tahunan’ karena mata airnya terus mengalir
sepanjang tahun, gak pernah kering. Awalnya sih aku ragu mau minum air dari
Sendang tahunan tanpa dimasak. Tapi setelah dosenku bilang “Air minum kemasan
seperti Aq*a dan lain sebagainya juga berasal dari mata air seperti Sendang tahunan
ini. Apa kalian pikir air tersebut dimasak dahulu, baru kemudian dikemas dan
dijual? Tidak.”
Mendengar hal tersebut, aku
langsung membuang air kapur dalam botol minumku kemudian mengisinya dengan air
dari Sendang tahunan. Dan setelah aku coba, Subhanallah rasanya lebih nikmat
dari air Aq*a. Mirip sih sama Aq*a, tapi air Sendang tahunan ini lebih segar
dan sejuk. Ya iyalah, fresh from wellspring kok ya wkwk.
Pos di hari kedua FC ini cukup
banyak dan sangat melelahkan.
Hari ketiga: Rabu, 14 Januari 2015
Hari ketiga FC, kita pergi ke
pabrik minyak kayu putih dengan mengendarai truk sapi. Ini tuh pertama kalinya
aku naik truk sapi. Dan sepertinya ini juga merupakan pengalaman pertama bagi
teman-temanku. Rasanya naik truk sapi rame-rame tuh seru. Kalo ada dahan atau
ranting pohon kita harus menunduk supaya kepala kita gak kena. Yang gak enak
dari hari ketiga ini adalah, pulangnya jalan kaki!
Hari keempat: Kamis, 15 Januari 2015
Hari keempat kita ke pantai
Parangtritis buat nanam bakau. Gak terasa akhirnya FC berakhir juga. Jam 7
malam kami sampai di UGM, terus aku sama temen-temenku mandi dan makan malam,
habis itu tidur. Temenku ada yang kosnya jauh dan gak sanggup lagi bawa motor
ke kosnya akhirnya nginep di kosku. Besoknya jam 9 pagi aku langsung terbang ke
rumah di Pontianak-Kalimantan Barat. Sampai di rumah kerjaanku tiduuuuurr terus
hahaha.
Itu aja sih a little story yang
bisa aku share. Tapi selain itu ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan saat masuk ke dalam hutan:
1. Biasakan mengucapkan salam saat masuk ke dalam
hutan (dalam hati juga boleh). Ini pesan dari oomku yang kerja di hutan di Kalimantan Timur. Tapi aku juga sering
kelupaan kok dan Alhamdulillah gak kenapa-kenapa.
2. Taati norma-norma dan adat yang berlaku di hutan
tertentu. Contohnya kalo di hutan Kaltim, kalo kita makan (misalnya mancing
ikan di sungai), jangan dihabisin semua ikannya. Kalo kita bakar 5 ekor ikan,
sisakan 2 atau 3 ekor. Ini juga pesan dari
oomku. Gak tau juga sih tujuannya apa, mungkin untuk sesajen. Jadi ini sih menurut
kepercayaan masing-masing orang aja. Lagian ini kan cuma berlaku di hutan
Kalimantan Timur. Aku pribadi sama sekali gak percaya tentang hal-hal mistis
kayak gini.
3. HEMAT AIR MINUM. Saat sedang tracking di hutan,
air lebih berharga dari emas. Bukannya lebay, tapi emang kenyataannya kayak
gitu. Di hutan, kita pasti jalan berkilo-kilometer karena kendaraan roda 4
maupun 2 nggak bisa masuk. Berjalan kaki sejauh itu menyebabkan keringat kita
banyak keluar dan jika tubuh kita tidak diberi asupan air yang cukup, maka tubuh
kita akan kekurangan cairan. Di kehutanan, kita akan terbiasa berbagi air minum
dengan teman-teman sekelompok kita. Terkadang 1 botol air minum harus berbagi
dengan 8 orang teman kita, 2 botol air minum harus berbagi dengan 16 orang
teman sekelompok kita. Pokoknya piye carane, air yang kita miliki harus cukup
sampai ke camp.
4. Kalau mau jadi rimbawan, kita gak boleh takut
kotor. Saat sedang di lapangan, kita harus rela celana lapangan kita yang
harganya tiga atau empat ratusan ribu terkena lumpur atau noda yang membekas
permanen di celana kita. Kita harus siap untuk duduk di mana aja dan gak
mikir-mikir kalo disuruh duduk di tanah yang kotor atau basah. Begitu juga saat
makan. Kalau waktunya makan dan air gak cukup kalo dipake buat cuci tangan ya
terpaksa makan aja tanpa cuci tangan.
5. Kalau lagi ke hutan gak usah bawa uang banyak-banyak karena uang di dalam hutan gak laku :') Gak ada yang jualan juga hikss. Kalo tiba-tiba ada burjo di tengah hutan patut diwaspadai wqwq.
6. Saat sedang di lapangan JANGAN SUKA MELAMUN. Itu pesan dari ketua perkampungan di Wanagama. Soalnya memang udah sering terjadi kasus-kasus yang gak diinginkan. Kalo pesan dari dosenku pak Atus sebelum berangkat FC: Saat di hutan nanti jaga sikap dan perkataan. Jangan terlalu banyak bercanda dan mengucapkan hal-hal yang tidak penting untuk diucapkan.
Boleh foto pke hp ?
ReplyDeleteboleh kok, kan gak ada larangan bawa hp
Deletetahun ini giliranku :") '-')9
ReplyDeletehahha mangatsss diks
Deleteitu foto hari kedua beneran selfie? wkwkk
ReplyDeletebtw, semakin penasaran aja sama fc hehe
selfie difotoin haha
DeleteKAlo takut sama ular dimarahin ga kak >>
ReplyDeleteenggaklah dek wkwk. gak dimarahin
DeleteTrus itu untuk solat.nya gimana kak?
ReplyDeleteDuh makan ularnya wajib kak?
sholatnya di hutan dek. pake alas terpal atau jas hujan, wudhu dari mata air di hutan. kalo tahunku semua disuruh makan sm tentaranya. tp skrg udah gak wajib semua.
Delete